RSS

The Shape Shifter

Judul : The Shape-Shifter

Author : Sexy Yellow Duck

Cast : MarryAnne Black, Jacob 'Jake' Black, Bella Swan, Billy Black, Paul Lahote, Jared Cameron, Emily Young, Sam Uley, Seth Clearwater, vampir

Disclaimer : I own this story. tokoh yang lain milik Stephenie Meyer, kecuali Vampir baru dan Marry Ann Black, kedua tokoh itu asli bikinan author.

Genre : Romance

Rating : T

Summary : Jacob sudah memiliki istri, ia merindukan La Push. ternyata di La Push ada kekacauan yang disebabkan oleh vampir ketika keluarga Cullen datang, siapakah yang membuat Kekacauan?

Warning : aaaaaaahhh~ ini dia FF pertama author setelah vakum selama 6 tahun. haha.. ini nulisnya pake perasaan looh :)) gara-gara ga setuju sama ending twilight jadilah author nekat nulis cerita ini. hoho.. enjoy ya readers :D




Aku merebahkan tubuhku di sofa ruang tamu rumah kami yang baru, hari ini aku dan Jake pindahan dari Forks menuju Boston. Aku ingin melanjutkan studiku ketika aku ditanya alasan mengenai kepindahan ke sini. walaupun kami sudah hidup berkecukupan di Forks, aku tidak mau banyak merepotkan Bill dan keluarga Clearwater, aku lebih senang hidup bersama keluargaku, selain itu aku memang menginginkan Jake melupakan Bella secara perlahan.

Tiba-tiba tangan cokelat membelai rambutku, aku tersentak kaget. "Jake!" kataku sambil bangun dan duduk, ia pun duduk di sampingku "capek?" tanyanya ramah
"gak terlalu" aku meringsek mendekat ke pelukannya
"bagaimana kuliahmu?" tanyanya sambil memainakn rambutku
"uumm.. sejauh ini sih oke-oke saja"
"aku masih agak aneh, kenapa kita harus pindah sampai Boston? padahal kan ada universitas di Washington atau Oregon"
aku membetulkan dudukku
"Jake, aku ingin kita mandiri. Forks kota kecil, lapangan pekerjaannya kurang. kamu tau kan aku ingin menjadi penulis dan perancang busana"
"iya, tapi kenapa harus sejauh ini sih?"
Jake menelan ludah dan kembali berbicara
"kamu kan tau di Forks kita sudah punya usaha sendiri yang cukup sukses. cukup untuk makan. ditambah lagi ada keluargaku disana, kita ga perlu mulai dari nol lagi"
"kalau begitu, kita ga akan pernah bisa ngerasain bagaimana rasanya kemenangan"
nada bicaraku mulai meninggi
"baiklah, apa rencanamu setelah ini?"
"aku akan kuliah, dan selesai kuliah aku akan bekerja di rumah makan cepat saji sampai jam 20.00"
"lalu kapan waktu untukku?" tanya Jake
pertanyaannya membuatku luluh dan kembali duduk mendekatinya
"kita bisa makan malam bersama jam 20.15 atau 20.30, bagaimana dengan pekerjaanmu?"
"uumm.. okay! lumayan, skillku cukup dibicarakan diantara para pegawai, yah mereka terlalu menganggapku lemah, sekarang semua orang tau kemampuanku"
pembicaraan kami terhenti karena ada telepon, aku segera mengangkatnya

"halo"
"halo, bagaimana pindahannya?" tanya suara di seberang sana
"ibu? waahh.. baru saja selesai" kataku, lalu mengisyaratkan ke Jake bahwa yang menelepon itu Ibuku
"syukurlah, Jake ada disana?"
"ya, dia lagi duduk-duduk"
"baiklah, cuma mau ngecheck aja"
"makasih loh udah mau nelepon"
"iya, sukses ya kuliahnya. kapan mulai masuk?"
"lusa"
"baiklah, baik-baik dengan Jake"
"iya Bu, kirim salam untuk Trey dan Ayah"
"iya. bye"
"bye"

Sore itu kami duduk-duduk di halaman rumah, aku membaca Novel Hamletku sedangkan Jake membaca majalah otomotif. kami tenggelam dalam pikiran masing-masing.
sesekali kami menyeruput teh dan kopi.
"aku berpikir untuk memodifikasi Rabbit lagi" kata Jake tiba-tiba
"huh?" aku menurunkan bukuku
"mau dimodifikasi seperti apa lagi?" tanyaku
"sepertinya bagus kalau ada speaker besar dan air mineral otomatis" katanya sambil menerawang
"terserah saja, aku mendukungmu asal jangan lupa buang sampah" kataku menggoda dan segera masuk ke dalam
"hey! ini kan giliranmu!" teriak jake dari luar

sudah hampir 2 tahun kami tinggal di Boston, kuliahku pun sudah sampai di tahun kedua.
aku memang belum berencana hamil, atau paling tidak aku berusaha tidak hamil. Jake mungkin mengeluh karena dia harus pakai kondom atau menghindari terjadinya pembuahan, dia selalu sebal ketika aku menyuruhnya berhati-hati, mungkin memang saatnya kami punya anak, tapi aku masih memikirkan kuliahku, jadwal kuliahku sedang padat-padatnya, tidak mungkin nanti aku cuti. lagipula jake juga sedang banyak kerjaan, dia berencana keluar dari bengkel tempat dia bekerja dan memulai membuka bengkel.

Kami bekerja keras setiap hari, Jake berangkat pukul 7.00 begitupun aku, lalu ia selesai bekerja jam 17.00 dan segera merapikan rumah, pukul 20.00 ia menjemputku di restoran cepat saji, bersykurlah aku karena sekarang aku magang di salah satu majalah fashion lokal dan menulis artikel untuk koran, sehingga aku punya waktu lumayan banyak untuk Jake. kadang di akhir minggu kami berjalan-jalan ke taman dan makan malam disana, walaupun sederhana tapi kami sangat menikmatinya, seperti malam ini.
"kau tau, ide "pergi dari Forks" adalah ide tergila dan terhebat yang pernah ada" katanya sambil memegang tanganku
"sudah mengambil manfaatnya?" tanyaku
"yup! beruntungnya aku memiliki istri seperti dirimu" ia mengelus-elus punggung tanganku
"aku merasa bersyukur kehidupan kita membaik" aku tersenyum
"yaa.. ada benarnya juga, tapi kadang aku merindukan Forks, kau tau, udara lembabnya.. hutannya dan bunyi binatang malam yang hampir tak pernah kau dengar lagi karena sekarang kita tinggal di kota" pandangan Jake menerawang tanda ia sangat merindukan Forks
"jadi, apa kau bahagia?"
"aahh.. bukan.. bukan berarti aku gak bahagia, Ann. hanya saja aku rindu. kau tau, aku sudah jarang mendengar berita Paul, Seth, dan keluargaku lainnya" ia merasa tak enak
"yaahh.. baiklah, nanti kalau aku sudah longgar dan pekerjaanmu sudah tak menumpuk kita bisa ke Forks untuk liburan" kataku bijak
"baiklah, terimakasih. tak perlu buru-buru" ia segera memelukku dan menciumku

3 Bulan setelahnya
"Jake, ambilkan balsem di kotak obat!" perintahku dari kloset
"kamu baik-baik saja kan, Ann?" tanyanya cemas ketika dia memberikan balsemnya
"masuk angin, maybe" kataku sambil mengusapkan balsem ke perutku, rasanya mual dan gak enak makan
"maaf Ann aku ga bisa nemenin kamu,aku akan ke bengkel, ada pegawai baru dan ia butuh mentor, aku akan kembali kalau sudah selesai,teleponlah kalau kau butuh sesuatu" katanya lalu ia mencium keningku
"iya. jangan terlalu khawatir, aku masih kuat. asal jangan kau tinggal aku untuk tugas ya" kataku
"baik" ia segera keluar dari kamar dan aku mengantarnya sampai pintu depan
"hati-hati, Jake"
Ia membalas dengan anggukan cepat dan segera masuk mobilnya.

jam 12.00 dan Jake belum pulang, kabar baiknya adalah aku sudah cukup kuat untuk berjalan maka aku putuskan untuk berbelanja ke supermarket membeli sayur dan daging untuk makan malam ini, ketika aku selesai belanja, aku melihat drugstore. memang sih ada feeling yang agak ga enak soal mual-mualku tadi, aku dari pagi sudah mencoba membantah bahwa aku emm.. hamil, akhirnya aku memberanikan diri untuk membeli testpack.
aku membeli 3 sekaligus di merek yang bebeda.
sesampainya di rumah aku segera mencobanya, aku menutup mataku karena belum sanggup melihat hasilnya.
aku memberanikan membuka mataku, hampir saja aku pingsan karena kaget.
dua garis, artinya aku positif hamil.
aku sudah terduduk lemas. "bagaimana dengan kuliahku??" tanyaku pada diriku sendiri dengan nada hampir menangis.

Jake pulang kerumah dan mengabarkan bahwa ia sudah memesan tiket pulang ke Forks sabtu ini, tidak tau apa yang harus aku katakan padanya
"kamu baik-baik saja, Ann?"
tiba-tiba aku menangis kepelukannya, aku menangis kencang sampai suaraku hampir hilang, Jake sangat bingung
"inikah gambaran orang yang terlalu bahagia?" tanyanya
aku menggeleng
"lalu?"
aku menarik nafas dan mulai berbicara
"yakin kamu gak akan marah?" kataku dengan nada ketakutan
Jake hanya menggeleng
"janji?"
"astagaa! pernah aku ingkar?"
aku ingin sekali sebenarnya membuat daftar panjang soal ingkar janjinya Jake tapi aku tidak mau membuat suasana keruh sehingga aku hanya diam
"bagaimana kalau aku hamil?" tanyaku dalam pelukan Jake
"kamu? ya gak gimana-gimana. aku akan jadi ayah" katanya ringan
sedetik kemudian dia sadar dan menengok lagi ke arahku
"kamu.. gak bener-bener.." pertanyaannya terpotong dan aku kembali menangis, aku menganggukan kepala cepat
"demi Tuhan! kenapa gak telepon sih?" tanyanya girang
aku memasang muka protes
"apa?" tanyanya bingung
"kamu gak marah kan?"
"marah? buat apa? aku malahan senang! ini yang aku tunggu hampir 3 tahun ini" katanya senang
"aku takut" kataku jujur
"kenapa harus takut?" tanyanya sambil mengelap air mata di pipiku
"aku takut kalau nanti malah ga bisa kuliah lagi, dan bakal ngerepotin kamu"
"engga laahh.. ini kan memang konsekuensi pasangan yang sudah menikah. lagian, sudah saatnya juga kita punya anak kan?" katanya
aku hanya diam
"bagaimana kalau malam ini kita makan diluar? aku yang traktir, sekalian aku kasih liat tiket ke Forksnya. mau?" ajaknya
"boleh, di tempat yang ada steaknya ya?! aku kelaparan"
"siap! calon ibu!" Jake menghormat dan menggendongku
kami tertawa bersama

2 Hari kemudian kami pergi ke Forks menggunakan bus, Jake menjadi sangat overprotektif dia menyaipak dan mengecheck kembali semua barang bawaan, dia tidak mau perjalanan ini mengganggu kehamilanku
"demi Tuhan,Jake! mandi sana! sudah berapa kali kamu ngecheck koper?" tanyaku ketika keluar kamar mandi
"aku hanya memastikan semuanya pada tempatnya, Ann" bela Jake
"everything is okay! cepat sana mandi!"
ia segera mengambil handuk dan masuk kamar mandi

sebenarnya aku agak takut dengan kembalinya kami ke Forks walaupun hanya 3 hari, aku takut Jake kembali mengingat Bella, sulit untuk membawa Jake ke alam sadar, dimana sebenarnya Bella tidak akan pernah jadi istrinya, aku pernah mendengar soal Jake yang berkelahi dengan Edward memperebutkan Bella, "secantik dan semenarik itukah Bella?" batinku dalam hati
pukul 12.00 akhirnya kami sampai di Forks.

Sesampainya di Forks, aku dan Jake segera berkunjung ke rumah keluarga Clearwater menemui Seth dan Leah. kemudian ke rumah Sam dan Emily, kami menemukan Jared dan Paul di rumah Sam sedang makan kue muffin.
"astagaa.. kalian tidak berubah! cari pekerjaan sana!" teriak Jake pada Paul dan Jared
"jangan sirik begitu,Jake" kata Emily ringan
"mereka cukup membantu kami kok" tambahnya lagi
"kau mau ini juga?" tanya Jared
Jake tidak menjawab, ia langsung makan bersama kedua temannya itu
"hai" sapa Emily
"owh hai!" balasku
"Emily Young, tunangannya Sam. kita belum pernah berenalan kan?" tanyanya ramah seraya mengulurkan tangannya
"MarryAnne Black" kataku
"bagaimana Boston?" tanyanya sambil berjalan menuju dapur
"ramai. haha.. kita mau masak?" tanyaku
"engga, makanan sudah banyak. aku mau membuat kopi untuk Sam"
"boleh aku juga buat kopi untuk Jake?"
"silahkan"
"sudah dengar kalau keluarga Cullen kembali?" tiba-tiba Emily menanyakan hal yang membuatku seperti tersambar petir
"eh? kembali?"
"iya, kemarin aku lihat mobil volvo Edward melintas di sekitar sini"
aku hanya mengangguk
"harus kujauhkan Jake dari Bella" batinku
pukul 17.00 kami berpamitan pulang, aku dan Jake kembali ke rumah Jake yang dulu

ketika aku sedang nonton TV teerdengar suara benda berjatuhan di dapur
"Jake, kamu ga papa?" tanyaku sambil berlari menghampirinya
"iya.." badannya sudah terduduk lemas di lantai, aku segera memapahnya, tubuhnya panas.
"dokter, kita butuh dokter" kataku panik
"tidak! biarkan dia istirahat" kata Billy tiba-tiba
"ia hanya butuh istirahat di kamarnya, oh iya, kamu bisa pakai kamar Rebecca di atas. biarkan Jake tidur sendiri malam ini" tambah Billy
aku hanya mengangguk, dan memapah Jake ke kamar tidurnya

Pagi-pagi aku sudah bangun untuk menyiapkan sarapan.
tiba-tiba pintu rumah Jake terbuka dan masuklah seorang wanita
"Jake ada?" tanyanya
"siapa kamu?" tanyaku
"Billy ada?" tanpa menjawab pertanyaanku ia segera berlari ke belakang rumah, aku mengikutinya.
"ada apa Bella?" tanya billy karena mendengar Bella berteriak memanggilnya
"aku butuh Jake" katanya dengan nafas tersengal
"demi Tuhan! tenanglah sedikit. ada apa?" Billy menepuk bahu Bella, aku menghampiri mereka
"gank La Push harus membantu kami" kata Bella
"untuk apa?" tanya Billy
"ada vam.." omongan Bella terpotong karena Billy menyenggolnya dan melihat ke arahku
aku jadi bingung
"oh hai! maaf ya tadi aku cepat-cepat. aku Bella Swan" Bella mengulurkan tangan
"uhh.. ya. aku MarryAnn"
"istrinya Jake" kata Billy, ada nada membela dan nada protektif di dalamnya
"ohh.. maaf kalau begitu. Jake ada?" tanyanya lembut
"ada, dia masiihh.." kata-kataku terpotong
"Bella!!" teriak Jake dari pintu belakang
"Jake!" Bella berlari ke arahnya dan mereka berpelukan
"demi Tuhan! kapan kau datang? kau tidak menelponku! katanya kalau sudah sampai Alaska kau akan menelponku? apa kabar Reneesme?" Jake langsung memberondong pertanyaan ke Bella
"wow wow.. tahan jagoan. kemarin aku dan Edward baru datang. kami sibuk dengan bisnis keluarga Cullen yang baru, Reneesme? baik, mainlah kerumah. ia semakin besar" Bella tersenyum
Jake menyadari kehadiranku
"sudah kenal dengan?" matanya menunjuk ke arahku
"sudah-sudah. kami sudah kenalan" kata Bella

Siang itu Bella di rumah Jake, ia mengobrol sangat lama. membicarakan bisnis baru keluarga Cullen yang berkembang di bidang fashion yang ditangani oleh Alice dan Rosalie, lalu bisnis otomotif yang di kelola Emmet dan Edward, sekarang ia bercerita tentang pembukaan rumah sakit oleh dokter Carlisle dibantu oleh Jasper, tak lupa bisnis rumah makan yang di kelola oleh Esme dan Bella.

"boleh kami jalan-jalan di La Push?" tanya Bella pada Billy
"silahkan saja" kata Billy
mereka berdua langsung toss tanpa mempertimbangkan diriku
"umm.. Ann, kami boleh ya jalan-jalan sebentar? biasaaa.. nostalgia kawan lama" bujuk Jake
"ya" jawabku singkat "aku mau ke rumah Emily" tambahku
sementara Bella dan Jake ke La Push, aku ke rumah Emily, membantunya memasak kue untuk La Push gank.
"Bella tadi datang" kataku tiba-tiba pada Emily
ia mengerling
"kau tau, agak menyebalkan melihatnya bermesraan dengan Jake" kataku sebal
"iya, aku mengerti. tapi mereka berdua memang kawan dekat sejak mereka kecil. sebelum Bella menikah, Charlie menitipkan Bella kepada Jake" kata Emily sambil mengaduk adonan
aku hanya diam

sore itu aku pulang, aku melihat La Push gank sudah di depan rumah Jake.
"ada apa ini?" tanyaku pada Paul
"kami menunggu Jake"
"untuk?"
semua terlihat bingung mau menjawab apa
"patroli" jawab Sam Uley
"patroli apa? sejak kapan kalian menjadi polisi?" tanyaku
"apa si Jake belum memberitahunya?" bisik Seth tetapi suaranya cukup terdengar
"kita baru saja menerima beritanya kan Seth?" Jared memberitahunya
"ayo berangkat!" tiba-tiba Jake keluar rumah
"mau kemana kamu Jake?" tanyaku sambil memegangi lengannya
mereka semua terdiam
"duluan, aku akan menyusul" kata Jake memberi komando pada yang lain, mereka hanya mengangguk dan segera berlari
"mau kemana sore-sore begini? kamu kan lagi sakit. mana ga pake kaos lagi" kataku cepat
"Ann, dengarkan aku. ada yang harus aku kerjakan hari ini"
"apa?"
"aku ga bisa bilang sekarang"
"kenapa?"
"belum saatnya"
"lalu kapan?"
Jake hanya terdiam dan memandang hutan di seberang kami
aku langsung teringat pada Bella
"ada hubungannya dengan Bella?" tanyaku skeptis
"uhh.. itu" ia tidak menjawab
"ada apa sih sebenarnya? Bella itu primadona ya? kayaknya hampir semua gank La Push rela melakukan apa saja untuk menjaganya, contohnya saja sekarang" kataku galak
"bukan seperti itu"
"lalu?" aku memelototi Jake
"aku istrimu, aku berhak tau apa yang akan kau lakukan" tambahku
"tapi setiap orang punya rahasia" kata Jake
"lalu buat apa ada aku kalau kamu gak mau berbagi?" tanyaku, aku merasa sakit hati
"demi Tuhan, Ann! aku hanya mau membantu Bella"
"aku ijinkan, tapi membantu apa?"
"sejak kapan kamu yang memberi ijin, seperti anak kecil saja. konyol" kata Jake dengan nada kesal
"dan sejak kapan kamu main rahasia-rahasiaan sama aku?"
"aku akan cerita kalau nanti aku sudah pulang" katanya, lalu ia berlari menuju hutan

malam itu aku termenung duduk di depan rumah, Billy tidak di rumah karena ia menemani Charlie (ayah Bella) di rumahnya.
aku sesekali melihat ke arah hutan, kalau-kalau Jake pulang.
banyak pertanyaan di kepalaku, tapi yang paling aku pikirkan adalah "seberapa kenalkah aku pada seorang Jacob Black?"
mau bagaimanapun ia adalah suamiku.
pukul 20.00 aku mendapati sosok sesorang berjalan menuju rumah
"Jake? kau kah itu?" tanyaku sambil berteriak
orang itu tak menjawab, ketika aku bangkit dari duduk ia segara menerkamku
"aaaaaahhhhh..." teriakku sekuat tenaga
wajahnya mengerikan dengan taring di mulutnya ditambah iris yang berwarna merah
aku menendang-nendang lantai dan memukul-mukul punggungnya
tiba-tiba 3 hewan seperti serigala menerkamnya dari samping. aku berhasil lepas dan segera merapat ke tembok, aku melihat 3 serigala yang masing-masing berwarna cokelat, hitam, dan abu-abu menyerang mahluk tadi dengan sigap.
setelah terjadi pertarungan yang seru, serigala itu menghampiriku. aku menutup mata. dan berubahlah 3 serigala itu menjadi 3 pemuda yang salah satunya adalah Jake.
"kamu gak papa?" tanya jake sambil menggendong tubuhku yang lemas
aku masih tidak percaya maka aku diam saja, ia mambawaku masuk ke ruang tamu dan menidurkanku, ia kembali keluar memberi perintah pada Seth dan Paul yang gak aku dengar, lalu aku terlelap.

"selamat pagi" sapa Jake disebelahku
aku mengucek mata dan merasa aneh
"apa kemarin aku?" aku tak sanggup melanjutkan kata-kataku, Jake menoleh ke arahku dan duduk di tepi tempat tidur
"bagaimana perasaanmu?" tanyanya sambil mengusap kepalaku
"aneh"
"haha.. wajar saja, kau baru saja menyaksikan pertarungan terkeren" katanya
"jadi, maksudnya.. aku gak lagi mimpi tadi malam?" kataku, kata-kataku berantakan karena efek bingung
Jake hanya mengangguk
"teh?" ia menawarkan teh di cangkir
"boleh, kalau ada biskuit seklian ya biskuitnya" kataku
ia keluar kamar dan kembali dengan teh dan biskuit
"aku masih ga ngerti" kataku setelah menenggak habis teh dan memakan 1 biskuit
"apa yang belum kamu mengerti?" tanya Jake sabar dan melingkarkan tangannya di pinggangku
"jadi.. kamu itu apa?" tanyaku ragu-ragu
Jake malah tertawa kencang dan aku memelototinya
"maaf.. menurutmu apa?" tanya dia balik
aku menggeleng
"bisa dibilang aku shape-shifter, aku bisa berupa serigala, bisa juga berupa manusia. simplenya, aku manusia yang bisa berubah jadi serigala" jawabnya dengan nada tenang
"maksudnya manusia serigala?" tanyaku dengan biskuit di mulut
Jake menggeleng
"apa bedanya?" tanyaku lagi
"kalau warewolf akan selalu berubah jika bulan purnama, kalau shape-shifter ia akan berubah jika ada musuh di sekitarnya"
"musuh?"
"iya, yang kalu lihat tadi malam"
aku mencernanya, musuh.. musuh shape-shifter berarti vampir
aku mengaguk
"ada hubungannya dengan Bella?" tanyaku
"yaah... dialah yang memberitahukan kami kalau ada vampir di Forks, ia tahu dari kawan lama kami Bree"
aku kebingungan
"yasudahlah.. cerita ini gak penting"
"penting!" teriakku
"okaayy.. kamu mau cerita yang mana?" tanya jake dengan sabar
"jadi, Bella itu apa?"
"uumm.. apa ya? sekarang ia Vampir tapi dulu ia manusia"
aku terbelalak kaget, mana mungkin shape-shifter sahabatan dengan vampir
"tapi katanya vampir itu.."
"itu tak berlaku untuk kami, Edward memang melindungi Bella. bahkan bilang dia ga butuh bantuan kami, tapi ternyata salah. mereka kewalahan" kata Jake dengan nada bangga
"okaayy.. aku memang ga ngerti-ngerti banget" akuku
"nanti juga kau akan menegrti"
"1 pertanyaan lagi"
"okay. apa?" Jake siap dengan pertanyaan selanjutnya
"kenapa kau tidak bilang kelau kau ini Shape-Shifter?" tanyaku sambil melotot
"demi Tuhan! kalau aku bilang apa kamu mau menikah denganku?" tanya Jake
aku hanya diam
"mau tidak?" tanyanya dengan nada menggoda
"tidak tahu"
"nah! makanya aku ga mau jujur, aku takut kamu gak mau menikah denganku. itulah yang aku takutkan, aku ga mau kehilangan kamu" kata Jake, lalu ia membelai lagi kepalaku dan pipiku
aku terdiam dalam pelukannya
"jadi, anak ini nanti seperti apa?" tanyaku tiba-tiba
"entahlah, kita ga tau sampai dia lahir" kata Jake
"betul juga. yang lebih penting adalah kesiapan dia menerima takdirnya" kataku tiba-tiba bijak
Jake mengerling, lalu menaikan sebelah alisnya
"apa?" tanyaku
"tidak"
kami berpelukan dan Jake menciumku dengan ganas, seperti aksinya tadi malam melindungku dari vampir.
"kapan kita kembali ke Boston?" tanyaku ditengah ciuman kami
"demi Tuhan! bisa tidak kita selesaikan adegan ini dulu?!" erang Jake "besok kan? atau kamu masih betah?" tanyanya lagi
"entahlah, aku sih mau saja lebih lama tapi kuliahku?"
"yasudah besok pulang. gampang kan?"
aku mengangguk, kami pun segera keluar kamar dan menikmati sarapan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Theater of Dreams (Part 4)

Judul : Theatre of Dreams: One Shot

Pemain : Valda, Chicharito, Tom, Rio Ferdinand

Latar : Chorlton, Seymour


Aku mengikuti langkah Hernandez menuju tempat exclusive yang dia bicarakan tadi, ngomong-ngomong apa aku sudah memberi tahu bahwa Mr. Hernandez disini adalah pemain MU yang dikenal dengan nama Chicharito?!
ya, Javier Hernandez. laki-laki meksiko dengan kepala plontos menggunakan kaus merah, celana pendek selutut, dan sepatu adidas warna putih.
ia masih terus berjalan menatap ke depan.

"Sorry, umm.. Mr. Hernandez. where do you wanna go?" tanyaku karena bingung mau dibawa kemana
"ohh.. sorry. i haven't told you, we wanna go to Rio Ferdi's club in Manchetser downtown. is it okay?"
"yes, but why?"
"we have celebration there, and Tom asked me to invite you too" katanya sambil tersenyum
"'kaay"

Hernandez berjalan menuju parking lot di stadion yang khusus untuk para pemain. mobil Hernandez adalah Porsche 911 warna hitam, tidak seperti kebanyakan porsche yang berwarna merah, Herna lebih memilih hitam. mungkin supaya tidak menarik perhatian orang.
"please" katanya sambil membukakan pintu untukku
"thanks"
"so, where's Ferdi's club?"
"umm.. in Chorlton"
"is it far?"
"no.. it only takes 15"
aku mengangguk, dan memandang lurus kedepan melihat jalanan dari kaca mobil. pukul 20.00 BST.
"btw, what are you doin in manchester?"
"huh?"
Hernandez mengaburkan lamunanku
"me? uhh.. vocation" kataku sambil menengok ke arahnya, ia tersenyum
"oww.. you're not an european. i guess"
"yes. i'm asian. you can know it from my skin. dont you?" jawabku sambil terkekeh
"so what...?"
aku segera memotong pertanyaannya dan langsung menjawab
"i'm a collage student in Utrecht, Netherlands"
"oww.." dia tertawa dan menganggukan kepalanga
"where's your apartment? or your hotel?"
"umm.. laystall"
"God! it's too late to drive you to Laystall"
"dont worry" tapi aku baru sadar kalau aku memang harus "worry" soal diaman aku tidur malam ini
dia, mengerling aneh.
"so, mr. Hernandez. do you like manchester?" tanyaku
"ohh.. comeon! you know my nick name! call me Chicharito" protesnya
"sorry.. i think you'll like when i call your true name"
"yeaahh.. but it seems we never chat"
"but that's the truth" kataku
"okay, do you like Manchester?" tanyaku lagi
"uumm.. yeah.. beautiful and "cool" city" katanya tertawa "how bout you?"
"me? uh! yeaah~ this city is my dream. i'll do anything to stay here. and of course MU is my fav team foeva" kataku bangga
"so, i meet a big fan?"
"yup!"
"we arrive" katanya
berhentilah kami di depan sebuah club (bentuknya seperti gabungan cafe dan diskotek) dengan lampu menyala bertuliskan #5 di depannya, sepertinya tidak butuh waktu lama untuk mengenali klub ini milik siapa.

5 menit kemudian kami sudah ada di tengah klub, kami duduk berseblahan. sayangnya aku belum menemukan sosok Tom di sini.
"can we dance?" tanya chicharito
"what?" aku tak percaya mendengar ajakannya
"dance" dia menggoyangkan badannya
"yeaaahh~" aku segera menyambut tangannya dan ke lantai dansa
"but i can't dance" kataku jujur
"me too.. just follow the rhytem" katanya
kami menari sambil tertawa, kadang seperti berdansa, kadang hanya mengangkat tangan, kami pun menikmati detik-detik kebersamaan.

"here we go! let's party!!!"
teriak Ferdinand dari lantai atas sambil membawa botol beer heinken berukuran besar dan mengocoknya lalu ia semprotkan ke bawah.
aku dan chicharito tertawa terbahak-bahak.
"so, it's to late to go home" katanya
"I know" kataku sedikit sedih
"you can.. stay on my apartment"
"what?" aku kaget
"no.. i mean you can stay there with my lil sister"
"ooww"
"Val!" panggil sesorang dari belakangku
"hi Tom!" sapaku
"i'm sorry. do you enjoy this party?" tanyanya
"yeaaahh.." aku mengerling ke chicharito
"bytheway, who are you?" tanyaku pada Tom
"manager" jawabnya singkat
"he's my manager" kata chicharito sambil menepuk bahu Tom
aku hanya terbelalak mendengarnya, lalu mereka tertawa terbahak-bahak

pukul 2.00 aku meninggalkan #5 klub dan kepalaku sedikit pusing karena efek martini yang diberikan chicharito. aku bilang akan menginap di apartmen chicharito di daerah Saymour. daerah yang cukup tenang.
dia menggandengku ke apartemen berlantai 50 (atau mungkin kurang atau lebih, pastinya aku tidak begitu sadar) dan membawaku ke kamar
"Sandra, this's my friend. she need place to stay" katanya
"hhmm.. oh God! you wake me up just for.." kata-katanya tidak ia lanjutkan
"please.."
"okaayy.." katanya
segera aku didudukan di sofa dan ia chicharito membelai lembut rambut ku dan berkata
"good night" "thanks sandra" katanya sambil keluar kamar

aku bangun karena sinar matahari yang cukup menyolok mata 8.00
"hallo sleeping beauty" sapa seorang perempuan di depanku
"uuhh..." aku kaget
"I'm sandra, chicharito's neighbour" katanya sambil tersenyum
"i'm sorry.. for.."
"it's okay. i'll call chicharito. you can take a bath"
"huh? okay"

sekitar pukul 9.00 aku keluar kamar dan chicharito sudah menunggu di depan kamar.
"have a nice sleep?" tanyanya
"not really. still get a headache" kataku sambil memegangi kepala
"comeon! lets breakfast" ajaknya
kami makan di cafe sekitar Saymour Park, kami mengobrol banyak soal pelajaran, sepak bola sampai, isu-isu sosial di Inggris dan kebudayaan di negara kami masing-masing.
pukul 12.00 chicharito mengantarkanku ke Laystall menggunakan Porschenya.
kami sampai di depan apartemenku, ia mengantarku turun.
kami masih mengobrol di lobi, rasanya gak mau ninggalin dia, chicharito adalah orang yang seru dan lucu, apalagi kadang dia masih terkesan polos.

hari ini ia menggunakan kaos dan hoodie, celananya masih pendek dan masih menggunakan sepatu yang sama ditambah topi baseball dan kacamata agar ia tak cepat dikenali orang-orang sekitarnya.
kami duduk di sofa
"herna, thanks for your ride, and for yesterday" kataku
"it's okay"
"tomorow is my last day in Manchester. i have to go back to Utrecht" kataku sedih
"ooww.."
"thanks for everything" aku memeluknya
"youre welcome, youre beautiful girl" ia membisikan kata-kata itu di telingaku
"bye chicharito"
"bye valda"
"i'll be on manchester international airport at 8.00, tell to Tom" tambahku
"okay" balas hernandez
lalu kami berpisah, aku segera naik ke kamarku dan packing

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Theater of Dreams (Part 3)

Judul : Theater of Dreams : Exclusive Place

Tokoh : Valda, Thomas, Chicharito

Latar : Old Trafford Stadium, Red Cafe

Aku melangkah masuk ke apartemen berlantai 40 di kawasan Laystall, Manchester. waktu menunjukan pukul 16.00 BST (Britain Summer Time). Aku bergegas ke kamarku untuk mandi dan jalan-jalan di sekitar apartemenku.
Ketika aku membuka dompetku terjatuhlah selembar kertas bertuliskan alamat email.
"thomas" kataku pelan.

aku segera mandi dan segera keluar dari kamar dan pergi ke minimarket, malam ini aku mau nonton TV sajalah sambil membaca majalh Vouge versi Inggris.
aku keluar apartemen dengan celana panjang dan kaus bertangan 3/4 serta sepatu teplek.

15 menit kemudian aku kembali ke kamar dengan sekarton susu, satu bungkus besar keripik kentang dan daging ham siap masak. Lalu aku memanaskan air untuk membuat kopi mocca.
Aku menyalakan laptopku dan membuka soc netku tidak lupa aku add soc net milik Thomas.
you know, MSN sangat terkenal di luar Indonesia. hehe..
5 menit kemudian Thomas sudah mengconfirm akunku.

"hi.." sapanya
"hi Tom!" jawabku
"what R U doin rite now?" tanyanya
"chatting :D" jawabku pendek
"oh myy.. " balasnya
"Haha.. that's the truth :p"
"thakns for the add" katanya basa-basi
"yes. umm.. seems like we just meet today" kataku
"but, that's the truth" katanya membalas perkataanku
"yeaaahh~"
"what will you do?"
"should i tell you?"
"up to you"
"nothing"
"really? a person like you will do nothing?"
"yup!"
"okayy.. i wanna have a chat with you"
"so?"
"so? i'll start it"
"hahaha.. okay"
"what's ur reason to like MU?"
"oh my.. everyone knows that MU is the great team. LoL. don't you?"
":flat: yeah. what about Barcelona?"
"i don't like it, I don't know why"
"Arsenal, Liverpool, or Chelsea?"
"uumm.. boring"
"so? just it?"
"yeah.. i don't have any reason to like MU. just like it and don't wanna leave it :)"
"wooww.. unrequirement love"
"too much, but yes! haha"
"bytheway, where's ur seat on next match?"
"well, let me check... East Stand"
"woowww... not very good seat"
"haha.. will you buy me a ticket on executive place?"
"hahaha.. no"
"hahaha.."

tak terasa 2 jam sudah aku mengobrol bersama Tom. akhirnya aku mengakhiri pembicaraan
"bye Tom, i wanna have dinner"
"with whom?"
"no one :p"
"okaayy.."
"bytheway, where's ur apartment?"
"umm.. laystall. why?"
"nothing :)"
"okay.. bye"
"bye"

aku segera menstandby laptopku dan bersiap keluar untuk makan malam.
tiba-tiba ada bunyi dari laptopku, aku segera menghampirinya.
"hi Val, sorry this's Tom (again). can we meet after the match? on Red cafe"
"okay :) see you later"
"ok :) "

Hari yang aku tunggu akhirnya tiba, MU vs Tottenham di Old Trafford.
aku sudah berangkat dari laystall dari pukul 11.oo BTS, dan makan siang di Red Cafe.
pertandingan berjalan sangat seru, dan dimanangkan oleh MU dengan skor akhir 3-0.
aku ingat ada janji dengan Tom di Red cafe, jam 5.00 aku bergegas ke Red cafe.

sesampainya di Red Cafe, Tom langsung melambaikan tangan ke arahku.
"hi Tom! I'm sorry"
"it's okay" katanya sambil tersenyum
"so? what will we do?" tanyaku menggoda, moodku memang sedang baik karena MU menang
"haha.. have a coffee and chat with me until dawn"
"serious?" tanyaku agak panik
"up to you!" katanya
lalu kami tertawa bersama, setelah hampir 1 jam kami mengobrol.
datanglah seorang pemuda yang wajahnya tidak asing lagi menepuk bahu Tom
"Hi Tom, can you go to dressing room?" tanyanya cepat
ketika aku memandanginya dia menoleh dan berkata
"owwhh.. sorry for interupting you, but i really need him" katanya sambil tersenyum
"uumm.. it-it's okay"
"sorry, Val. I'll be back soon. really soon. just wait here" katanya sambil berdiri dan mengikuti langkah pemuda itu
aku hanya mengangguk dan memandangi mereka yang berjalan menjauh.

25 Menit berlalu, aku sudah bosan menunggu Tom. what the heck is this?! harusnya aku ga nunggu orang yang belum dikenal. stupid! maki ku dalam hati.
lalu aku kembali membaca majalah dan tiba-tiba pemuda yang tadi datang lagi.
"I'm sorry,Miss.."
"Valda"
"yea, Miss valda. seems like Tom can't.."
"it's okay. tell him i leave now" kataku sambil kesal dan berdiri
"but he doesn't allow you to leave. can we chat?"
*sigh* aku membuang nafas
"okay.. so? what's the topic Mr. hernandez?" tanyaku
"please" kataku menyilahkan dia duduk
"well, maybe it's better we have chat on exclusive place" katanya
"sure"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Theater of Dreams (Part 2)

Judul : Theater of Dreams : Dugout

Pemain : Valda, Thomas

Latar : Old Trafford Stadium, Manchester

Mataku terbelalak takjub ketika aku turun dari taksi, angin sejuk Manchester bertiup bermain-main dengan rambutku. "ini ya stadion yang dari dulu aku mimpikan?" tanyaku dengan takjub pada diriku sendiri.

Old Traford adalah bangunan megah dengan patung Sir Mat Busby di depannya, aku menengadah dengan sumringah. "what an amazing stadium!" kataku dalam hati, kemudian aku masuk ke Mega Store, memang sih aku ga ada niat belanja tapi melihat-lihat kan boleh. hehe..

Waktu menunjukan pukul 8.30, aku segera berlari menuju pintu "dug out" yang terkenal itu, biasanya sih orang boleh masuk kalau ada latihan, semoga saja emang ada latihan. aku berlari kecil menuju pintu itu. "stop miss!" panggil sesorang, aku memelankan langkahku "yea?" aku berbalik "tickets?" tanyanya "uumm.. well" aku kaget karena harus pake tiket kalau mau masuk "no tickets no enter!" katanya, nadanya tinggi "oh okay, where can i have a ticket?" tanyaku langsung "its include on MU museum's tour, you can buy on ticketing area" katanya lagi "uumm.. thank you".
aku segera pergi ke bagian ticketing di bagian belakang "thanks God! gak antri" batinku, aku segera memesan di mesin penjualan aku mengklik "adult" untuk "museum and stadium tour", paket ini aku ambil karena akan ada kesempatan keluar dari "dog out". hehe.. harga tiketnya yaitu £15.00 atau Rp 300.000.
yaaahhh~ mau gimana lagi inilah pengorbanan seorang fans. haha..

setelah keliling-keliling museum sekitar 45 menit, aku bisa melihat foto-foto jadul pemain MU dan beberapa memoriam pemain-pemain yang pernah memebela klub ini.
akhirnya saat yang aku nanti-nanti tiba, tour guide kami Mr. Adams mengajak kami masuk ke stadion. aku segera menyisir rambutku dengan tangan, rasanya perutku sangat mual karena terlalu gembira dan grogi.
langkahku ku percepat agar tidak ketinggalan Mr. Adams dan peserta tour lainnya yang aku yakin pasti sama excitednya denganku.

"Welcome to the famous dugout. you can take pictures here" kata Mr. Adams ramah.
sepertinya aku harus mengubur impian "minta tanda tangan ke pemain"ku, ketika aku keluar menuju lapangan "there's no one here", aku segera menghembuskan nafas dan berdiri foto-foto di tembok bata dengan gambar MU menempel.
senang sih, tapi aku memang memimpikan melihat pemain MU latihan. aaarrr~~

"hallo.." sapa seorang pria tiba-tiba di depanku "oh hi!" kataku canggung
"enjoy this tour?" tanyanya sambil memandang jauh ke lapangan "well, yeah.." kataku sekenanya
"it isn't written on your face" katanya sambil tertawa "huh? really?" aku tak percaya kalau mood baikku berubah cepat hanya karena kecewa tidak melihat pemain MU berlatih.
"Thomas" katanya sambil mengulurkan tangan "Valda" kataku sambil menjabat tangannya dan tersenyum
"seems like you're not from england" tebaknya "yes! you're right"
"wooww.. so, where're you from?" tanyanya ramah, tapi aku tidak buru-buru menjawab karena aku masih agak malas diajak berbicara, tiba-tiba dia bilang "well, if you dont like to answer it,it's okay" katanya sambil tersenyum "Indonesia" kataku mantap
"pardon?" "I'm from Indonesia"
"what's your bussiness in queen Elizabeth place?" "vocation"
"any friends?" tanyanya "no" jawabku singkat sambil tersenyum
"honestly, i'm a collage student in Utrecht" tambahku
"and what's your major?" tanyanya lagi
"Linguistic"
"bytheway, let's go to Red cafe, i'll pay" ajaknya
"umm.. okay!" kataku
kami segera menuju Red cafe

30 menit kami mengobrol seru tentang MU.
"so, Tom, i know you're not from england too" kataku sesudah menyeruput kopiku
"are you sure?"
"yeaahh.. i know from your accent" aku tertawa
"maybe you've lived here about 3 or 4 years, and before it, you had lived in US maybe uumm.. or in South America" tambahku
"well, you're not tottaly wrong. but not 100% right. uumm.. I've lived here since 2009, and i was in Mexico" katanya
"yeess!" kataku girang
"more coffee?" tanyanya
"no, thanks" aku tersenyum
"it's okay, i'll pay" katanya memaksa
"no.. enough for coffee today, i don't wanna get an insomnia" kataku bercanda
"so, what's ur bussiness here? seems like you're not a student" tambahku sambil bercanada
"i'm a manager" katanya
"what's manager?" tanyaku semangat
"just a manager" katanya sambil tersenyum misterius
aku menaikan alisku.
"oh well, thanks for your chit-chat. time for leave now" kataku sesudah melihat arlojiku
"you're nice person. glad to have chat with you. you're trully indonesia" katanya
"what? of course I'm" kataku
"an Indonesian always open to everyone" katanya lagi
aku hanya berpikir 'apa yang dia tau tentang orang Indonesia?'
"thanks for your coffee. next match, i'll watch it"
"MU vs Tottenham?" tanyanya memastikan
"yes" kataku singkat
"bye, Tom. see you"
"see you, Val. hhmm.. will you accept this?" ia mengulurkan selembar kertas
wajahku penuh tanya
"just take it" katanya
"okay.. bye" kataku sekali lagi dan berjalan menjauh

aku kembali ke jalan depan Old Trafford lagi, kembali menyetop taxi.
"laystall, M 12, please" kataku pada driver
aku menyalakan kamera digitalku dan melihat satu-satu foto yang sudah ku ambil tadi.
"take a picture on dugout is'nt that bad" kataku sambil tersenyum

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Theater of Dreams (Part 1)

Judul : Theater of Dreams

Pemain : Valda

Latar : Kota Manchester

Aku menghentikan langkahku di depan apartemenku di daerah Laystall, Manchester. Perjalanan menuju manchester cukup melelahkan, untungnya aku mengambil langsung penerbangan menuju Manchester International Airport dari Schipol International Airport, Belanda.

Aku berniat menghabiskan liburan semester yang hanya 1 bulan itu di Manchester sehingga aku memang menantikan datangnya hari ini. Aku belum begitu mengenal manchester, yah maklum saja yang aku tahu dari kota ini hanya Sir Matt Busby Way yang terkenal itu, dan tentu saja markas tim sepak bola favoritku, Manchester United.

Aku masuk ke apartemen dan segera menabrakan diriku ke kasur, liburan tahun ini memang aku sendirian, selain memang gak punya pacar dan teman-temanku yang banyak berlibur di Milan dan Paris. honestly, aku juga pengen kesana tapi nanti lah kalau ada waktu, lagian liburan kesana gak mepet-mepet amat secara aku bukan tipe fashionista.

aku mengecheck jadwal pertandingan di orgi-ku. Manchester United vs Tottenham Hotspurs. Aku memang menantikan sejak lama menonton secara langsung pertandingan MU, yaaahh~ akhirnya kesampaian juga. aku sudah mempersiapkan dengan sangat matang, dimana aku tinggal dan menonton pertandingan apa, sebenarnya aku rela saja menonton pertandingan MU dengan tim kecil sekalipun "yang penting nonton langsung" itulah mottoku sejak awal.
tapi sayangnya aku memang belum tahu pasti dimana Layshall.

aku melihat keluar jendela, "kayaknya udah ga sempat untuk muter-muter cari jalan ke old traford deh!" batinku dalam hati, oh well, sebaiknya aku segera mandi lalu bergegas makan dan tidur.

*paginya*

aku melihat jam sudha menunjukan pukul 6, "brrr" aku menggigil karena suhu udara yang tidak biasa, sebenarnya jauh lebih dingin di Utrecht tapi mungkin manchester bisa dibilang lebih sejuk.
aku segera mandi, seselesainya mandi aku mengecheck orgi-ku lagi, inginnya sih aku pergi ke Old Traford untuk melihat MU latihan.
pagi ini aku duduk di bangku salah satu kafe di Layshall, udara yang sejuk dan atmosfir yang tidak biasa membuatku merinding karena kegirangan. sambil mengunyah croissant aku memastikan kamera digital dan baju asli MUku ada di tas selempangku, "siapa tahu bisa minta tanda tangan pemain MU".
perlu waktu tidak terlalu lama untuk menyetop taksi. "old traford, manchester united stadium please" kataku polos pada supir taxi.
jujur saja itu yang aku pikirkan, habis mau bagaimana lagi, aku memang agak bingung dimana akan turun tapi jika aku bilang "old traford" semua orang pasti tahu.

45 menit kemudian aku sampai di pintu gerbang utama stadion Old Trafford.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Adit

Adit-adit-adit..
nama yang ga sulit untuk dilupain apalagi untuk diucapkan.
ga ada yang salah dengan nama cowok ini.
entah kenapa gw mulai excited dengan dia. banyak alasan kenapa gw bisa atau paling engga mencoba dekat dengan dia. hehehe..

sejak awal gw tau nama dia di salah satu staff akademis OKK UI, gw ngerasa "gw pengen deket aja sama dia"
dan itu berbuah manis ketika gw iseng aja ngobrol nd makan sama dia di fasilkom, pernah mikir "adit kayaknya bukan tipe gw"
sampai sekarang pun ada hal yang selalu ngegelitik gw soal adit.
ada juga sih pertanyaan "sebenernya adit itu orangnya kayak apa?"
entah gw yang terlalu ga bisa baca keadaan atau gw terlalu terbuka dan jadi ga peduli dengan keadaan orang?! hmmm...

kejadiannya sih iseng aja gw minta anterin adit ke ATM dan dia dengan amat sangat baiknya mau, trus gw ngajak dia ke alfamart untuk beli minuman dan lagi-lagi dia mau. ada lagi pas gw tiduran di kaki dia. hmmm.. lil bit bitch but it works he doesnt mind :)
and the last one is i really surprised when he ask me "val, menurut lo cowok seksi itu kayak apa?"
sepertinya emang bercanda, dan mungkin emang bercanda jadi sekarang bisa aja dia emang lupa ama kata-kata itu. hehe..

sebenernya agak aneh juga ya gw ditanya kayak gitu dan bingung mau jawab apa, baiasanya gw selalu punya stok jawaban definisi cowok seksi, but okaayy.. when he asked me like that i'm speechless.
pastinya dan gw sadar kok jawaban yang gw kasih itu bego dengan "uumm" di hampir semua kalimat.
tadinya mau versi gombal kayak "yang kayak lo gitu deh" tapi gw bisa nangkep sinyal kalo adit itu ga suka orang yang terlalu blak-blakan makanya gw cari kalimat yang cerdas dikit. hehe.. yang intinya sih sama aja kayak gitu. hihi..
jadi gw jawab "buat gw,cowok seksi itu cowok yaaangg.. (sok agak lama mikir dan ga liat muka dia) charming, yang manis, yang senyumnya menawan. apalagi kalau bisa nyambung diajak ngobrol. uumm.. emang gitu kan? kalo mau suka ama orang harus nyambung?!" standar ga sih? tapi to be honest gw emang suka senyuman adit yang tulus di setiap waktu. hihi..
jadi, gw agak malu juga ketika gw bilang "yang charming, manis, dan menawan" dan gara-gara itu juga gw ga berani liat muka adit, takut dikira gombal. hehe..

that's it. any way, gw ga tau loh nomer HPnya adit. hehe..
yaudah laaahh~~
waktu gw dianterin ke ATM ama dia, such a beautiful moments dan ga bakal gw lupain. hihihi..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pengikut